Nekat Ke Kampung Inggris

Salam sahabat sekalian. Setelah sekian lama larut dalam kesibukan, akhirnya saya bisa menyapa sahabat sekalian. Kesempatan ini, izinkan saya berbagi cerita awal saya menjajaki kampung inggris Pare Kediri. Saat pikiran menerawang entah kemana, tiba-tiba lembaran hidup saat di Pare terlintas. Tak percaya atas pengalaman hidup selama 10 bulan di Pare pernah dialami. Berawal dari kebutuhan berbahasa Inggris di LAGA pencarian kerja. Saat itu tepatnya, di bulan Agustus, saya mencari data mengenai suasana di Kampung Inggris. Maklum, sebelum berada di suatu tempat kita harus mencari informasi terlebih darulu kan mengenai seluk beluk lokasi tersebut. Saat ada beberapa referensi, salah satunya yaitu Global English yang menjadi tempat mengasah ilmu berbahasa Inggris setiba di Kampung yang terkenal sebagai miniatur Indonesia itu. 
Berbekal secarik kertas yang berisikan alamat kursusan di kampung enggris tersebut, saya pun nekat menempuh perjalanan laut. Saat itu bisa dibilang modal nekat untuk menaklukkan bahasa Inggris dan menjadikannya modal mencari kerja nanti. Setibanya di Surabaya usai perjalanan laut yang melelahkan, Bus umum adalah harapan untuk sampai ke Pare. Yah, badan terasa lelah, namun banyak hamparan sawah menjadi teman perjalanan member sensasi rileks saat itu.“ yang mau turun ke Kampung Inggris, siap-siap” teriak pak kondektor. Lamunanku pun tiba-tiba buyar dan harus memperhatikan kiri dan kanan, mencari bangunan yang hamper mirip dengan gambar yang ada di Internet. “Pak, pak, berhenti disini pak” teriakku ke pak supir Bus saat melihat kursusan Global English. “Alhamdulillah” gumamku dalam hati. Namun, sayangnya saya turun agak kejauhan dari kursusan itu. “Bang berapa sampai kesana?” tanyaku, “15 ribu saja mas” sebut mas becak. 10 ribu saja yah mas? Tawarku. “Naiklah” ketus pak becak itu. Demikianlah tawar menawar harga becak. Sekitar 7 menit duduk dan menikmati jalan yang saat itu saya tidak tau namanya (Jln Brawijaya)  sedang pak becak mengayuh sepedanya dengan agak laju. Saya pun berdiri di depan kantor GE. Tak pernah terbayang sebelumnya. Hari itu adalah hari yang tak pernah terlupakan. Sesi registrasi oleh mbak Mimie, mbak Yeni, dan mbak Dwi (mereka bertiga cocoknya disebut 3 Diva, hehe maaf yah mbak-mbak) hingga saya pun mendapat penempatan di camp male 5. Disanalah catatan selama di Pare berawal. Bertemu dengan dua orang yang cukup unik. Mereka adalah Mr. Beny (Bandung) dan Mr. Opan (Palu). Mereka adalah dua orang yang sangat berkesan di awal-awal perjalanan hidup di Pare.Berkat mereka pulalah, saya bersama Mr. Zainal, Mr. Robby termotivasi mengikuti tes Teaching Clinik. Alhamdulillah kami bertiga lolos dan bergabung dengan 24 orang lainnya. Selama 10 bulan banyak catatan hidup tergores di atas lembaran kehidupan. Satu hal yang pasti, catatan-catatan itu selalu tumbuh subur di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar