Aktor Nyata di Balik Layar Pendidikan.

Gusar hati memikirkan masalah-masalah yang terus melanda bangsa ini, silih berganti. Salah satu sektor yang terus dilanda masalah yakni pendidikan. Sektor yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari Pemerintah, kita malah diselimuti masalah. Pertanyaan besar kemudian muncul, apakah kebijakan dan pengimplementasian pendidikan yang baik kepada masyarakat kurang maksimal, sehingga celah bagi masalah mengendap-ngendap masuk semakin terbuka lebar.
Masih segar di ingatan kita kasus "Child Molestation" di sekolah bertaraf Internasional di Jakarta. Beberapa murid di sekolah tersebut menjadi korban pelecehan seksual. Aksi biadab itu dilakukan berulang kali oleh karyawan di Sekolah tersebut. Masih di daerah yang sama, beberapa murid Sekolah Dasar ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pembunuhan terhadap temannya sendiri. Ratusan kasus yang mencoreng dunia pendidikan belum tertangani dengan tuntas.

Lantas, siapakah yang bertanggung jawab dalam hal ini? tentunya pemerintah, orang tua, serta pihak sekolah yang seharusnya menjadi pemegang kontrol dalam menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi generasi muda, memberikan pelajaran moral, serta mendidik anak-anak Indonesia agar bisa menjawab tantangan Zaman yang terus maju.

Namun, ada hal yang sangat krusial yang perlu dijaga agar tetap hidup. Di era Globalisasi ini, bangsa ini belum mampu menjawab janji-janji kemerdekaan yakni "mencerdaskan kehidupan bangsa". Ironisnya, masih banyak anak-anak bangsa ini yang memiliki bakat luar biasa, sama sekali tidak tersentuh dengan faslilitas pendidikan yang memadai. 

Kalimantan, Jambi, Papua, dan wilayah-wilayah lainnya, bahkan di kota besar pun, kerap kita temui anak-anak yang putus sekolah karena harus bekerja untuk sekedar bertahan hidup di bawah Gedung Pencakar langit yang terus menjulang tinggi. Inikah wajah pendidikan yang kita inginkan? Dikaruniai banyak sumber daya alam yang melimpah ruah, haram kiranya rakyat Indonesia masih hidup dengan kemiskinan, tanpa menikmati pendidikan yang layak bagi kehidupan masa dengan mereka yang lebih cerah. Sayangnya, mimpi tinggalah mimpi. Sangat jauh berbeda dengan negara lainnya, sebut saja Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

Namun, dibalik layar pendidikan yang nampak di permukaan baik-baik saja itu, ada banyak orang-orang yang mendedikasikan waktu, tenaga bahkan jiwa raganya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak yang membutuhkan. .Semangat mengabdikan diri demi pendidikan pasti terus menyala. Yah, generasi tua dan muda punya tanggung jawab untuk menuntaskan janji-janji itu, saling bahu membahu, terlebih saat ini kondisi pendidikan yang kurang merata pelayanannya harus mendapat posisi utama dalam daftar problem untuk dituntaskan. Bukan sekedar program di atas kertas putih, bukan gerakan pamrih, bukan aksi sekedar menghamburkan uang, tapi aksi nyata.
Dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun semangat lentera pencerah harus tumbuh terus berbagi. Sehingga nantinya generasi selanjutnya bisa tumbuh dengan ilmu dan kearifan yang luar biasa. Mau melihat wajah Indonesia 30 tahun kedepan, liatlah generasi muda saat ini. Kendali pergerakan menuju perubahan ada di tangan Generasi muda saat ini. Jika kaum muda menampakkan wajah acuh tak acuh maka kehancuran akan datang seketika. Negeri ini butuh generasi muda sebagai kayu bakar, harus selalu ada untuk menjaga Api pendidikan tidak padam. Semoga kita tetap selalu semangat mencerahkan kehidupan bangsa yang sedang krisis pendidikan bagi sebagian orang di tingkat akar rumput.(Run_Art)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar